Laporan
Praktikum Produksi Ternak Perah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia
akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan
permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. Pemenuhan
tingkat gizi tersebut diantaranya berasal dari produk–produk peternakan. Sapi
perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi.
Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa
didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk
memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perk embangan sapi perah perlu
mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari pada tahun - tahun
yang sudah.
Namun demikian peningkatan
pemeliharaan sapi perah terkadang tidak seeiring dengan pengetahuan masayarakat
akan manajemen pemeliharaan sapi perah serta minimnya penegatahuan masyarakat
akan penanganan susu yang dihasilkan sehingga aman untuk dikonsumsi. Untuk
mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah serta penanganan pasca produksi
pada ternak perah, maka dilakukanlah praktikum kunjungan ke peternakan sapi
perah.
Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilakukannya praktek lapang Produksi Ternak
Perah ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan pada sapi perah dan
penanganan pasca produksi pada sapi perah, serta aspek keuangan dan kelayakan
usaha pada peternakan sapi perah.
Kegunaan dilakukannya praktek lapang Produksi Ternak Perah
ini adalah agar praktikan mengetahui manajemen pemeliharaan pada sapi perah dan
penanganan pasca produksi pada sapi perah, serta aspek keuangan dan kelayakan
usaha pada peternakan sapi perah.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Sapi Perah
Sapi FH sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi
susu namun kadar lemaknya rendah, kapasitas perut besar sehingga mampu
menampung pakan banyak, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengubah pakan menjadi
susu. Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan hasil persilangan antara
sapi FH dengan sapi lokal, dengan ciri - ciri yang hampir menyerupai FH tetapi
produksi susu relatif
lebih rendah dari
FH dan badannya
juga lebih kecil. Hasil dari persilangan tersebut
mempunyai sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup
tinggi serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan tropis
secara baik (Putra 2009).
Sapi perah adalah sapi yang dapat memproduksi susu lebih
dari kebutuhan anaknya. Kemampuan produksi susu sapi FH dan peranakan adalah
1800-2000 kg/laktasi. Secara normal makin sering dapi melahirkan maka produksi
susunya semakin meningkat sampai batas maksimum tertinggi pada periode laktasi
saat melahirkan yang ke-4 -5 kali, sesudah itu produksi akan cenderung menurun.
(Malaka, 2010).
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos ) yang terdapat
di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus)
atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta
(2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau
lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis
sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari
Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara
Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari
Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong
menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk
dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein (Anonim, 2011).
B.
Kebutuhan Gizi Sapi Perah
Kebutuhan hijauan pada setiap jenis ternak berbeda-beda.
Ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba memerlukan jumlah hijauan yang lebih banyak
dari pada ternak non ruminansia seperti ; babi, kuda, unggas, dan lainnya. Pada
umumnya jumlah hijauan yang diberikan pada ternak tersebut adalah 10 % dari
berat hidup, sedangkan makanan penguat misalnya konsentrat hanya diberikan 1 %
saja dari berat hidup.Kebutuhan ternak perah akan zat makanan terdiri atas 2
bagian, Pertama, kebutuhan hidup pokok (maintainance
repoirements), yaitu kebutuhan untuk memelihara keutuhan organ dan fungsi
tubuh, dalam arti kata kebutuhan untuk mempertahankan bobot hidup. Kedua,
kebutuhan produksi (pertumbuhan, produksi air susu, dan sebagainya) (Nursiam,
2010).
Menurut Putra (2009), menyatakan bahwa konsentrat merupakan
suatu bahan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan
keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan disatukan sebagai suplemen atau
pelengkap. Konsentrat adalah pakan yang
mengandung serat kasar rendah yaitu kurang dari 18 % dan mempunyai nilai gizi
tinggi serta dapat meningkatkan imbangan zat pakan.
C.
Proses Terbentuknya Air Susu Dan Kandungan Air Susu
1. Proses Pembentukan Air Susu
Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di
dalam ambing. Ambing sapi terbagi dua
yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya masing-masing ambing terbagi dua yaitu kuartir
depan dan kuartir belakang. Tiap-tiap kuartir
mempunyai satu puting susu. Kelenjar susu tersusun dari gelembung-gelembung
susu sehingga berbentuk seperti setandan buah
anggur. Dinding gelembung merupakan
sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air susu berasal dari darah. Air susu
mengalir melalui saluran-saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting
susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi
terbuka akibat rangsangan syaraf atau
tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar. Gerakan menyusui dari pedet, usapan
atau basuhan air hangat pada
ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak akan
mengeluarkan hormon
oksitosin yang menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga
susu mengalir keluar (Hidayat
et al, 2012).
Susu disentasa pada kelenjar ambing dalam alveoulus.
Sekelompok kelenjar air susu terdiri dari beberapa gelembung-gelembung
(alveoli) air susu. Dinding alveoli terdiri dari selapis sel epitel yang
disebut sel myoepitel dan sel sekresi berbentuk kubus dan di tengahnya terdapat lumen. Sel
sekresi dikelilingi oleh sel myoepitel dan kapiler-kapiler darah. Sel-sel ini
membentuk air susu dari zat-zat yang berasal dari darah, kemudian mensekresikan
ke dalam lumen alveoli. Bahan mentah
untuk produksi susu dari makanan yang dimakan dalam saluran pencernaan
ditransport melalui pembuluh darah ke sel sekresi. Sekitar 400-800 liter darah
diantar ke ambing untuk menjadi 1 liter air susu (Malaka, 2010).
2. Kandungan Gizi Air susu
Malaka (2010) menyebutkan bahwa komponen air susu
berdasarkan nilai nutrisinya sebagai bahan mentah sifat-sifatnya bervariasi.
Dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel
1. Rata-rata Komposisi Air Susu
Komponen
|
Rata-rata %
|
Rata-rata ( %) BK
|
Air
PTL
Lemak (BK)
Laktosa
Lemak
Protein
Kasein
Mineral
As. Organik
Lainnya
|
87,3
8,8
3,1
4,6
3,9
3,25
2,6
0,65
0,18
0,14
|
-
6,9
-
3,6
3,1
3,6
2,0
0,51
0,14
0,11
|
Sumber : Malaka, 2010
Susu secara alami merupakan bahan makanan yang paling baik,
terutama bagi anak mamalia yang baru dilahirkan. Untuk bayi, susu merupakan satu-satunya sumber
zat makanan (nutrien) selama 2-3 bulan pertama dan di beberapa negara susu
memegang peranan penting dalam makanan anak-anak yang sedang tumbuh. Susu atau
bahan penggantinya sangat penting artinya pada pertumbuhan awal bagi mamalia.
Selanjutnya susu juga sangat tinggi nilai gizinya sebagai bahan makanan bagi
orang dewasa terutama bagi orang-orang lanjut usia. Susu sangat penting dalam menu
sehari-hari karena adanya tiga komponen penting yaitu protein, kalsium dan riboflavin (vit B2). Yang
paling penting adalah protein yang mengandung banyak macam asam amino essensial yang pada umumnya terdapat dalam
jumlah yang kurang pada biji-bijian yang biasa digunakan sebagai bahan makanan pokok
manusia. Jumlah konsumsi susu yang disarankan 1 quart (= 0,946 liter) susu per
hari dapat mencukupi semua kebutuhan protein untuk anak-anak sampai umur 6
tahun dan lebih dari 60 % kebutuhan bagi anak-anak yang sedang tumbuh sampai
umur 14 tahun. Untuk umur 14-20 tahun jumlah susu tersebut mampu menyediakan
setengah dari kebutuhan protein harian, sedangkan bagi wanita yang sedang
menyusui mampu menyediakan sebanyak 44 % kebutuhan protein (Budi, 2006).
Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk yang
baru lahir, baik bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan
makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena
mengandung unsur-unsur kimia yang
dibutuhkan oleh tubuh seperti Calsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan
Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan
protein, mineral dan vitamin yang
tinggi, menjadikan susu sebagai sumber
bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat
memenuhi keinginan dan selera konsumen (Saleh, 2012).
D.
Produk Hasil Ikutan Sapi Perah
Susu sebagai cairan yang cukup mengandung banyak zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan tubuh juga merupakan media yang sangat sangat disukai
oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu,
pada penanganan pasca panen susu perlu dilakukan metode untuk memperpanjang
daya simpan dari susu tersebut sehingga juga dapat dilakukan pengolahan menjadi
produk olahan susu seperti keju, mentega, yoghurt, susu pasteurisasi, susu skim
dan es krim (Malaka, 2010).
Hasil ikutan dari pemotongan ternak adalah kulit, tulang, bulu serta kotoran
(feses dan urin) ternak. Hasil ikutan ini bisa memiliki nilai ekonomis dan
dapat ditingkatkan kualitasnya apabila dilakukan penanganan yang baik, sehingga
memiliki daya guna dan memberikan nilai
tambah (Saleh, 2012).
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang
dihasilkan oleh induk betina. Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain
yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta
pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak (Anonim, 2011).
E.
Studi
Kelayakan Usaha Sapi Perah
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat
subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi
ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh
kurangnya modal, serta pengetahuan/keterampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian
pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan
penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus
ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi
di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi
dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di
Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara
tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat
penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar
3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang
tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
(terserap) diusahakan sekitar 3,5 - 4% dari bahan kering (Anonim, 2011).
Usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
sumber-sumber untuk memperoleh
manfaat/benefit atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan
untuk mendapat hasil (returns)
diwaktu yang akan datang
yang dapat direncanakan, dibiayai
dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Biaya-biaya dan hasilnya harus dapat
terukur. Suatu usaha dianggap layak jika memenuhi 6 aspek yaitu aspek umum dan
hukum, aspek ekonomi dan pemasaran,
aspek teknis produksi, aspek organisasi dan manajemen, aspek finansial, aspek lingkungan dan sosial budaya (Ako, 2009).
MATERI DAN
METODE
Waktu dan Tempat
Praktek Lapang
Ilmu Produksi Ternak Perah dilaksanakan pada hari Sabtu – Minggu, 10-11
November 2012, bertempat di Peternakan Rakyat milik Sunusi, Dusun Talaga,
Kelurahan Juppandang, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Materi
Praktikum
Pada praktek lapang produksi Perah
yang telah dilaksanakan, beberapa alat yang digunakan yaitu pulpen,
transportasi, dan sebagainya. Adapun bahan yang digunakan yaitu seperti kertas,
data kuisioner, dan sebagainya.
Metode Praktek
Metode yang digunakan pada Praktek
Lapang Produksi Ternak Perah ini yaitu
observasi dan wawancara secara langsung dengan petani peternak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Keadaan Umum Sapi Pak Sunusi
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan maka dapat
diketahui bahwa populasi
ternak pada peternakan Pak
Sunusi adalah 39 ekor dimana 14 ekor
adalah sapi dara, sapi jantan 3 ekor, pedet 5 ekor, dan betina 17 ekor. Pada peternakan Pak Sunusi sapi perah yang dipelihara
yaitu sapi Frisian Holland (FH) yang merupakan salah satu bangsa sapi sub
tropis. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (2006) yang menyatakan bahwa yang
termasuk bangsa-bangsa sapi perah subtropis adalah Frisian Holstein, Yersey,
Ayrshire, dan brown swiss. Sapi FH adalh sapi perah yang populasinya paling
besar diseluruh dunia bahkan di Negara-negara tropis seperti di Indonesia.
Produksi susu sapi FH dapat mencapai 4500-5500 liter permasa laktasi.
BCS ( Body Condition Score) sapi perah yang ada pada
peternakan pak Sunusi
adalah 2,5. Hal ini terjadi karena sapi perah
yang diternakkan terlihat sangat kurus, dapat dilihat dari tonjolan-tonjolan
tulang pada bagian panggul, dada dan bagian- bagian lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinaga
(2009) yang menyatakan bahwa penilaian sapi induk dapat dilakukan dengan cara
melihat kondisi tubuh dari ternak, dada penuh daging perdagingan, luwes dan
lain-lain.
B.
Sistem Pemberian Pakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Sunusi dapat diketahui bahwa system
pemberian pakan pada peternakannya yaitu 2-3 kali dalam sehari. Dimana pada
pagi hari diberikan rumput segar, siang
hari ternaknya diberikan pakan berupa ransum (ampas tahu, dedak dan lain-lain)
dan pada sore hari diberikan lagi hijaun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Umiyasih (2007) yang menyatakan bahwa bahan pakan terdiri dari 2 kelompok,
yaitu bahan pakan asal tanaman dan asal non tanaman (ternak atau ikan).
Berdasarkan sifat fisik dan kimianya dibedakan menjadi 8 klas yaitu : hijauan
kering dan jerami, tanaman padangan rumput, hijauan segar, silage dan haylage;
sumber energi; sumber protein; suplemen vitamin, mineral; aditif dan non
aditif.
C.
Proses Pemerahan
Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu
maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung
untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering
terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun. Dari hasil wawancara dengan
pak Sunusi dapat diketahui bahwa sapi
perah yang laktasi sebanyak 11 ekor. Sapi laktasi ini diperah setiap pagi hari
dengan mengggunakan tangan baik secara full hand (5 jari) maupun sistem 2 jari. Menurut pak Sunusi sebelum sapi yang sedang
laktasi harus dipisahkan dari kelompok lainnya, selain itu juga sebelum
dilakukan pemerahan terlebih dahulu harus dilakukan sanitasi, baik sanitasi
pada kandang, pada sapi perah dan peralatan yang akan digunakan, hal ini dilkukan agar susu yang diperah
terhindar dari cemaran atau kontaminasi mikroorganisme dan kotoran dari ternak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2009) yang menyatakan bahwa Kandang
dibersihkan setiap hari agar sapi senantiasa bersih dan bebas dari kotoran
sehingga susu yang diperoleh tidak rusak dan tercemar. Sebelum melakukan
pemerahan dilakukan pembersihan lantai kandang, tempat pakan, tempat minum, dan
kemudian membersihkan bagian ambing. Hal ini dilakukan karena susu mudah
menyerap bau.
Didalam hal pemerahan dengan tangan lebih baik memerah
dengan tangan kering daripada tangan basah, gerakan tangan harus disempurnakan
secepat mungkin, kalau tidak sapi induk menjadi “a stripper” dan hanya
mengeluarkan susunya dengan sangat lambat. Rata-rata produksi susu perhari pada
peternakan pak Sanusi adalah 90 liter perhari. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Budi (2006) yang menyatakan bahwa produksi susu sapi FH adalah
4500-5500 liter per masa
laktasi.
D.
Proses Pembuatan Dangke
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat
diketahui bahwa susu yang diperoleh dari hasil pemerahan langsung diolah dengan
cara menyaring dan mengumpulkan air susu yang diproduksi, selanjutnya susu
tersebut diolah menjadi dangke (sejenis keju yang dibuat dengan menggunakan
enzim papain). Produksi susu pada peternakan pak Sanusi dalam perharinya yaitu
90 liter, jadi dapat dikonversikan menjadi 45 buah dangke yang diproduksi dalam
perharinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2009) yang menyatakan bahwa
Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar. Hal ini disebabkan sifat susu yang sangat
mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Penanganan susu pasca produksi dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi sehingga
susu tetap terjaga kebersihannya.
Jika dibandingkan dengan produksi normal dari sapi FH,
produksi sapi FH pada peternakan pak Sunusi tergolong produksi rendah. Hal ini diketahui karena
produksi susu dari peternakan pak Sunusi hanya 90 liter perhari, artinya dalam sehari seekor
sapi yang ada pada peternakan ini hanya memproduksi sekitar 8 liter perhari. Kurangnya
produksi susu perhari dapat dipengaruhi oleh lingkungan, cara pemerahan, pakan, umur dan
lain-lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004) faktor yang mempengaruhi produksi
susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan
waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat meningkatkan
produksi susu dari pada jika hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan pada pagi hari mendapatkan
susu sedikit berbeda komposisinya dari pada susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin
tidak memperlihatkan perbedaan dalam
produksi susu, kualitas ataupun komposisi susu.
E. Kerupuk Dangke
Susu yang diproduksi pada peternakan pak Sanusi langsung
dioleh menjadi bahan makanan berupa dangke. Dangke merupakan bahan makanan yang
termasuk kedalam golongan keju. Dangke adalah makanan yang dibuat dengan
menggunakan susu segar dan menggunakan enzim papain sebagai bahan yang
mengakibatkan terjadinya penggumpalan pada susu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anonim ( 2012) yang menyatakan bahwa keju merupakan suatu bahan pangan yang
yang berasal dari hasil penggumpalan (koagulasi) dari protein susu.
Selain dangke sebagai produk utama pada peternakan pak
Sanusi, terdapat pula kerupuk
dangke. Bahan dasar dari kerupuk susu yakni dangke, menurut pak Sanusi kerupuk
yang dihasilkan tidak menggunakan susu sebagai bahan dasar pembuatan kerupuk ini, melainkan dangke sehingga
namanya kerupuk dangke. Menurut Ny. Sanusi untuk menghasilkan 1 kg krupuk
dangke dibutuhkan sekitar 4 - 5 buah dangke. Artinya jika keseluruhan dangke
yang diproduksi perhari diolah menjadi kerupuk susu maka akan dihasilkan 9-10
kg kerupuk susu. Harga per-kg kerupuk dangke adalah Rp. 45.000-,
F.
Analisis Usaha Peternakan Sapi Perah Pak Sunusi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Sanusi maka dapat diketahui
pengeluaran
(output) dan sumber pemasukan (input) dari peternakan Pak Sanusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel berikut
Tabel 2. Analisis Usaha Peternakan Sapi Perah Pak Sunusi
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Volume
|
Harga
/unit
(Rp)
|
Nilai
(Rp)
|
1.
|
Produksi
a.
Produksi susu / dangke
b.
Sapi jantan
c.
Sapi betina
d.
Sapi dara
e.
Pedet
|
Liter
Ekor
Ekor
Ekor
Ekor
|
90/45
3
18
14
5
|
13.000
10.000.000
15.000.000
9.000.000
3.000.000
|
15.795.000
30.000.000
270.000.000
126.000.000
15.000.000
|
Total
Penerimaan
|
85
|
37.013.000
|
456.795.000
|
||
2.
|
Biaya
a.
Biaya variabel
Dara
Pakan
-
Hijauan
-
Ampas tahu
Listrik
Air
Obat-obatan
& Vit
Tenaga
Kerja
|
Ekor
Kg
Kg
Volt
Liter
Unit
HKO
|
14
7
|
-
100.000
50.000
10.000
8330
65.000
585.000
|
-
27.000.000
13.500.000
2.700.000
2.249.100
17.550.000
157.950.000
|
Total
biaya Variabel
|
818.330
|
220.949.100
|
|||
3.
|
Pendapatan
Produksi-Biaya
|
235.845.900
|
|||
4.
|
R/C
(A/B)
|
2.07
|
|||
5.
|
BEP
Produksi
|
35138
|
|||
6.
|
BEP
Vol Produksi
|
18798
|
Sumber : Data Sekunder Hasil
Praktikum Produksi Perah, 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam
perharinya produksi susu pada peternakan pak Sanusi adalah 90 liter, jadi dalam
satu periode laktasi seekor ternak dalam peternakan ini hanya memproduksi susu
sekitar 2209 liter. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Budi (2006) yang
menyatakan bahwa produksi susu sapi FH adalah 4500-5500 liter permasa laktasi.
Dari tabel di atas
juga dapat diketahui bahwa aspek keuangan dan kelayakan usaha peternakan pak Sanusi yang berkaitan dengan analisis
finansial dimana total penerimaan hanya bersumber dari produksi susu namun yang
dijual adalah produk olahan berupa dangke dan krupuk susu ditambah dengan
jumlah sapi laktasi dengan jumlah yaitu Rp. 456.795.000
sedangkan total pengeluaran dalam satu periode laktasi adalah Rp. 220.949.100,
sehingga total pendapatan peternakan pak Sanusi satu kali laktasi yaitu Rp.
235.845.900. Dengan rasio 2.07, BEP produksi yaitu Rp. 35.138 dan BEP volume
18798. Salah satu aspek yang mempengaruhi usaha peternakan adalah aspek keuangan
dan kelayakan usaha peternakan sapi perah sangatlah bergantung pada banyaknya
biaya-biaya yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nursam (2006)
bahwa dalam usaha peternakan terdapat
pengeluaran tetap dan tidak tetap (variable).
Yang digolongkan ongkos (pengeluaran) tetap adalah modal yang diinvestasikan
dan tak mudah hilang seperti tanah, bangunan kandang, dan
peralatannya. Besarnya ongkos tetap untuk pemeliharaan ayam adalah tergantung
pada jumlah investasi untuk tanah, kandang, peralatan dan lain-lain. Besarnya
input yang diperhitungkan sebagai penyusutan modal “ongkos tetap” disini tidak
tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara, sebab meskipun kandang itu kosong,
tetapi ongkos itu tetap diperhitungkan. Dan mengenai perbaikan kandang tidak
bisa diperhitungkan sebagai ongkos tetap, melainkan ongkos variabel.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jika ditinjau dari aspek kelayakan
usaha maka peternakan sapi perah pak Sunusi sudah termasuk layak karena memiliki lokasi usaha yang
baik untuk beternak sapi perah.
2.
Ditinjau dari
aspek teknis secara keseluruhan peternakan ini sudah layak karena sistem
pemeliharaannya dilakukan secara intensif sehingga sapi perah dapat memproduksi
susu 90 liter /hari.
Saran
Agar produksi susu pada peternakan pak Sunusi sebaiknya pemerahan dilkukan dua kali dalam sehari. Selain itu, untuk penanganan sosial sebaiknya mempekerjakan masyarakat sekitar peternakan
agar dapat mengurangi pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Budidaya Ternak
Sapi Perah (Bos sp). Perah.pdf. Diakses 25 Mei 2012.
Budi,
Usman. 2006. Dasar Ternak Perah.
Universitas Sumatera Utara. Sumatera. Diakses 25 Mei 2012.
Hidayat,
Arief et al. 2012. Proses Pembentukan Susu. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat. Diakses 25 Mei 2012.
Saleh,
Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan
Hasil Ikutan Ternak. USU. Sumatera. Diakses 25 Mei 2012.
Sinaga.
Sauland. 2009. Judging dan Seleksi.
Unpad.ac.id. Diakses 25 Mei 2012.
Malaka,
Ratmawati. 2010. Pengantar Teknologi Susu.
Masagena Press. Makassar.
Nursiam,
Intan. 2010. Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah.
Diakses 25 Mei 2012.
Nursam 2006. Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Petelur
pada UD. Cahaya Mario Rappang Kabupaten Sidrap (studi kasus). FAPET UH. Makassar.
Putra,
Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi
Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Moeria
Kudus Jawa Tengah). UNDIP. Semarang. Diakses 25 Mei 2012.
Luangkanlh waktumu sedikit tuk berwira usaha di peternakan
BalasHapus