Pengertian Enzim
Enzim dapat diartikan
sebagai suatu protein yang mempunyai kemampuan mengkatalisasi reaksi dimana
substrat dirubah menjadi produk melalui pembentukan komplek enzim-substrat
sebagai produk antara (Coombs, 1995). Selanjutnya Mc Donald et
al. (1995 ) menjelaskan bahwa enzim merupakan katalis yang dihasilkan
oleh organisme hidup. Katalis dapat diartikan sebagai substansi yang
dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Penggunaan Enzim pada
Pakan ternak
Konsep meningkatkan performans
ternak dengan menggunakan enzim sebetulnya bukan hal yang baru, hal ini sudah
dimulai sekitar tahun 1950-an. Sebagai contoh penggunaan enzim amilase
pada pakan ternak unggas yang menggunakan barley yang bertujuan meningkatkan
ketersediaan pati untuk unggas, akan tetapi pendekatan tersebut kurang berhasil
karena ketidaksesuaian target substrat. Pada tahun 1970-an dengan
perkembangan teknologi mikroba yang lebih maju telah ditemukan enzim
b-glukanase untuk pakan yang menggunakan barley, atau pentosanase untuk
pakan yang menggunakan rye atau gandum (Choct, 1997).
Keberhasilan
penggunaan enzim yang diterangkan di atas dapat dikatakan sebagai generasi
pertama penggunaan enzim untuk pakan ternak. Perkembangan generasi
selanjutnya sekarang ini untuk penggunaan enzim ditujukan pada beberapa
sasaran. Lyons (1997) menjelaskan beberapa sasaran yang harus dipecahkan
untuk mengatasi keterbatasan penggunaan bahan makanan dengan perlakuan enzim
dimasa depan. Pertama, ditujukan untuk mengurangi biaya
protein yang digunakan pada kacang kedelai. Sasaran yang ingin dicapai
yaitu penggunaan enzim a-galaktosidase, yaitu enzim yang mendegradasi
oligosakarida dari kedelai dan menghasilkan sekitar 15% energi yang lebih
tinggi dibanding tanpa penggunaan enzim. Selain itu sasaran yang ingin
dicapai yaitu penggunaan enzim endopeptidase yang bertujuan memperbaiki
kecernaan asam amino untuk ternak unggas. Enzim tersebut dikenal dengan
istilah vegpro. Kedua, ditujukanuntuk
memperbaiki penggunaan lemak. Enzim lipase yang digunakan ternyata
dapat meningkatkan kandungan energi metabolis dari dedak padi. Penggunaan
enzim ini dapat meningkatkan penggunaan dedak padi sampai 30%, yang dapat
menurunkan biaya pakan secara keseluruhan. Ketiga, penggunaanpitase
untuk mengurangi pencemaran posfat. Dasar pemikiran penggunaan enzim ini
adalah pada sebagian besar biji-bijian yang digunakan sebagai pakan untuk
ternak mengandung posfor dalam bentuk fitat. Ternak non ruminansia
mempunyai keterbatasan untuk menghasilkan enzim fitase, dan banyak menambahkan
posfor anorganik dalam pakan. Umumnya fitat berada dalam bentuk kopleks
dengan protein, pektin dan polisakarida bukan pati, sehingga untuk mengatasinya
dapat digunakan multi enzim. Salah satu produk enzim yang telah dikembangkan
adalah Allzyme phytase yang ternyata dapat meningkatkan efesiensi pakan,
litter yang lebih kering, dan pertumbuhan yang lebih baik. Selain itu
dengan penggunaan fitase dalam ransum dapat menurunkan penggunaan fosfor dalam
ransum sampai tingkat 40% tanpa menimbulkan efek terhadap produksi dan kualitas
telur yang dihasilkan ayam petelur. Keempat, Penggunaan enzim yang mampu
mencerna serat dan stabil dari degradasi rumen pada ternak
ruminansia. Manfaat penggunaan enzim ini adalah dapat mempertahankan
aktivitasnya karena sudah diproteksi dan berisi multienzim untuk mencerna
selulosa kompleks.
Beberapa sasaran diatas
menunjukkan bahwa penggunaan enzim sangat terkait dengan target substrat yang
ada dalam bahan makanan, hal ini berkaitan dengan segi spesifitas dari kerja
enzim. Enzim akan bekerja secara efektif bila substrat yang menjadi
target kerja enzim itu sesuai dengan jenis enzimnya. Faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan enzim yaitu target jenis ternak
yang akan digunakan. Sebagai contoh, saluran pencernaan unggas mempunyai
keterbatasan untuk mendegradasi karbohidrat bukan pati (NSP). Kandungan
NSP yang tinggi dalam bahan makanan juga akan menurunkan kecernaan nutrien
lainnya seperti protein, kalau kita memberikan bahan makanan yang mengandung
NSP yang tinggi seperti bungkil kedelai atau bungkil biji bunga matahari
berarti kita memerlukan teknologi baru untuk mengatasi keterbatasannya,
yaitu menggunakan enzim. Hasil yang diharapkan dengan perlakuan enzim
adalah kecernaan NSP yang meningkat dan juga meningkatnya kecernaan terhadap
protein dan lemak (De Jong and Schute, 1996).
Sasaran penting yang menunjang keberhasilan dalam
pemanfaatan teknologi enzim untuk meningkatkan kualitas bahan makanan ternak
dapat kita rumuskan kedalam dua hal, yaitu dari segi ternaknya dan dari
faktor anti nutrisi atau faktor pembatas yang dikandung oleh bahan makanan
tersebut. Informasi mengenai keterbatasan bahan makanan baik yang
bersifat konvensional, dan terutama yang bersifat non konvensional
berupa limbah pertanian dan limbah industri sangat kita perlukan untuk
menunjang keberhasilan penggunaan teknologi enzim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar